12 JANUARI 1946, Malcolm merampok rumah kaya orang putih. Ia tertangkap dan di sidang dipengadilan. Ia dimasukkan ke penjara Charlestown, Bostom bulan Februari berikutnya. Di penjara ia mendapat julukan “setan” karena tidak percaya agama.
Di penjara inilah, Malcolm bekenalan dengan John Elton Bembry yang kemudian lewat diskusi-diskusi mereka, Malcolm mengenal Nation of Islam, organisasi keagamaan yang didirikan oleh Wallace Fard Muhammad di Detroit, Michigan, Juli 1930. Tahun 1948, salah seorang tokoh Nation of Islam, Elijah Muhammad, menasihati Malcolm melalui sehelai surat untuk kembali ke jalan yang benar dan tidak lagi berbuat kriminal.
Malcolm yang pemberontak, sulit menerimah nasihat Elijah itu. Namun, lama-kelamaa, kekerasan hatinya lunak dan masuk Nation of Islam. Tanggal 7 Agustus 1952, ia di bebaskan dari penjara dan kemudian mendatangi Elijah di Chicago Illinois dan mengganti nama keluarganya dari Malcolm Litlle menjadi Malcolm X.
Lima tahun lebih setelah keluar dari penjara, 14 Januari 1958, Malcolm menikahi Betty Sanders di Lansing, Michigan dan memiliki 6 orang anak perempuan. Malcolm aktif dalam kegiatan di Nation of Islaml, dan menimbulkan kecurigaan FBI yang secara khusus menyelidiki Malcolm apakah ia mempunyai peran dalam Nation of Islam. Belum lagi pidato-pidato Malcolm tentang Nation of Islam yang selalu dibumbui dengan realisme, juga kebencian akan orang kulit putih, makin membuat FBI menyelidiki secara mendalam Malcolm X.
Pidato-pidato Malcolm begitu membius dan menyihir orang-orang kulit-kulit hitam yang mendengarkannya. Ia sangat kritis tentang gerakan hak-hak sipil dan menganjurkan pemisahan Amerika atas orang kulit putih dan orang-orang kulit hitam dengan mendirikan negara terpisah. Ia juga secara tegas mengkritik Martin Luther King, Jr sebagai si bebal yang menjadi boneka orang kulit putih.
Malcolm menjadi orang ke-2 di Nation of Islam setelah Elijah Muhammad. Ia juga yang membuat organisasi ini menjadi besar dalam kurun waktu kurang dari 1 dasawarsa saja. Di tahun 1952, Nation of Islam hanya beranggotakan 500 orang, tapi ditahun 1963 anggotanya berkembang pesat menjadi 25.000 orang. Dalam kondisi ini, Malcolm juga mengajak petinju fenomenal, Casius Clay, bergabung dengan Nation of Islam yang kemudian mengganti nama menjadi Muhammad Ali. Namun sayang, kepopulerannya di Nation of Islam justru membuatnya sering bersitegang dengan Elijah, salah satu tuduhannya adalah Elijah melakukan zina dengan sekretarisnya.
Sampai akhirnya 8 maret 1964, Malcolm mengumumkan pada dunia bahwa ia meninggalkan organisasi itu dan memilih menjadi Islam yang sebenarnya tanpa terikat oganisasi manapun. Ia keluar dari Nation of Islam bersama Muhammad Ali, dan memilih Islam sunni sebagai kepercayaannya.
Jadi Muslim Sejati
Setelah lepas dari Nation of Islam, Malcolm malah justru banyak belajar tentang Islam dari keberagamaan yang ada. Tanggal 13 april 1964, Malcolm berangkat ke Jeddah, Arab Saudi, untuk belajar agama Islam sekaligus berhaji. Ia datang dalam kondisi tak menguasai bahasa Arab sama sekali.
Di sini, puncak kesadaran tertinggi Malcolm lahir bahwa Islam itu terlalu luas, terlalu beraneka ragam tak seperi yang ia temui di Nation of Islam yang melulu orang kulit hitam. Berbagai ras ia temui saat naik haji, membuatnya berfikir tentang keanekaragaman dalam Islam.
Pulang haji, Malcolm langsung pergi ke Afrika, memberikan wawancara pada surat kabar, wawancara di televisi juga radio di Mesir, Ethiopia, Tanganyika (sekarang Tanzania), Nigeria, Ghana, Guinea, Sudan, Sinegal, Liberia, Aljazair, dan Maroko. Hal ini juga yang menarik perhatian Alex Haley, penulis berkulit hitam untuk membuat biografi Malcolm X. Haley mengikuti Malcolm sejak awal tahun 1963, sampai tanggal 21 Februari 1965, ketika Malcolm berbicara di Manhattan’s Audubon Ballroom saat pertemuan Organisasi Persauan Afro –Amerika, di antaranya 400-an orang yang ada di sana, timbul kerusuhan. Dari situ ada yang mendekatinya dan menembak Malcolm 16 kali. Malcolm meninggal tak lama kemudian di Rumah Sakit Columbia Presbyterian, jam 15.30 sore. [islampos]
Di penjara inilah, Malcolm bekenalan dengan John Elton Bembry yang kemudian lewat diskusi-diskusi mereka, Malcolm mengenal Nation of Islam, organisasi keagamaan yang didirikan oleh Wallace Fard Muhammad di Detroit, Michigan, Juli 1930. Tahun 1948, salah seorang tokoh Nation of Islam, Elijah Muhammad, menasihati Malcolm melalui sehelai surat untuk kembali ke jalan yang benar dan tidak lagi berbuat kriminal.
Malcolm yang pemberontak, sulit menerimah nasihat Elijah itu. Namun, lama-kelamaa, kekerasan hatinya lunak dan masuk Nation of Islam. Tanggal 7 Agustus 1952, ia di bebaskan dari penjara dan kemudian mendatangi Elijah di Chicago Illinois dan mengganti nama keluarganya dari Malcolm Litlle menjadi Malcolm X.
Lima tahun lebih setelah keluar dari penjara, 14 Januari 1958, Malcolm menikahi Betty Sanders di Lansing, Michigan dan memiliki 6 orang anak perempuan. Malcolm aktif dalam kegiatan di Nation of Islaml, dan menimbulkan kecurigaan FBI yang secara khusus menyelidiki Malcolm apakah ia mempunyai peran dalam Nation of Islam. Belum lagi pidato-pidato Malcolm tentang Nation of Islam yang selalu dibumbui dengan realisme, juga kebencian akan orang kulit putih, makin membuat FBI menyelidiki secara mendalam Malcolm X.
Pidato-pidato Malcolm begitu membius dan menyihir orang-orang kulit-kulit hitam yang mendengarkannya. Ia sangat kritis tentang gerakan hak-hak sipil dan menganjurkan pemisahan Amerika atas orang kulit putih dan orang-orang kulit hitam dengan mendirikan negara terpisah. Ia juga secara tegas mengkritik Martin Luther King, Jr sebagai si bebal yang menjadi boneka orang kulit putih.
Malcolm menjadi orang ke-2 di Nation of Islam setelah Elijah Muhammad. Ia juga yang membuat organisasi ini menjadi besar dalam kurun waktu kurang dari 1 dasawarsa saja. Di tahun 1952, Nation of Islam hanya beranggotakan 500 orang, tapi ditahun 1963 anggotanya berkembang pesat menjadi 25.000 orang. Dalam kondisi ini, Malcolm juga mengajak petinju fenomenal, Casius Clay, bergabung dengan Nation of Islam yang kemudian mengganti nama menjadi Muhammad Ali. Namun sayang, kepopulerannya di Nation of Islam justru membuatnya sering bersitegang dengan Elijah, salah satu tuduhannya adalah Elijah melakukan zina dengan sekretarisnya.
Sampai akhirnya 8 maret 1964, Malcolm mengumumkan pada dunia bahwa ia meninggalkan organisasi itu dan memilih menjadi Islam yang sebenarnya tanpa terikat oganisasi manapun. Ia keluar dari Nation of Islam bersama Muhammad Ali, dan memilih Islam sunni sebagai kepercayaannya.
Jadi Muslim Sejati
Setelah lepas dari Nation of Islam, Malcolm malah justru banyak belajar tentang Islam dari keberagamaan yang ada. Tanggal 13 april 1964, Malcolm berangkat ke Jeddah, Arab Saudi, untuk belajar agama Islam sekaligus berhaji. Ia datang dalam kondisi tak menguasai bahasa Arab sama sekali.
Di sini, puncak kesadaran tertinggi Malcolm lahir bahwa Islam itu terlalu luas, terlalu beraneka ragam tak seperi yang ia temui di Nation of Islam yang melulu orang kulit hitam. Berbagai ras ia temui saat naik haji, membuatnya berfikir tentang keanekaragaman dalam Islam.
Pulang haji, Malcolm langsung pergi ke Afrika, memberikan wawancara pada surat kabar, wawancara di televisi juga radio di Mesir, Ethiopia, Tanganyika (sekarang Tanzania), Nigeria, Ghana, Guinea, Sudan, Sinegal, Liberia, Aljazair, dan Maroko. Hal ini juga yang menarik perhatian Alex Haley, penulis berkulit hitam untuk membuat biografi Malcolm X. Haley mengikuti Malcolm sejak awal tahun 1963, sampai tanggal 21 Februari 1965, ketika Malcolm berbicara di Manhattan’s Audubon Ballroom saat pertemuan Organisasi Persauan Afro –Amerika, di antaranya 400-an orang yang ada di sana, timbul kerusuhan. Dari situ ada yang mendekatinya dan menembak Malcolm 16 kali. Malcolm meninggal tak lama kemudian di Rumah Sakit Columbia Presbyterian, jam 15.30 sore. [islampos]
Tidak ada komentar: